Selamat Datang di
Website Himpunan Keluarga Maula Aidid
Al-Imam Muhammad Maula Aidid mendirikan rumah dan masjid kecil di lembah Aidid. Tidaklah orang-orang datang ke lembah tersebut kecuali untuk melaksanakan shalat jum’at atau berziarah kepada para Ahli Khair dan para Sholihin.
Suatu Ketika Al-Imam ditanya oleh beberapa orang : “Wahai Imam mengapa engkau mendirikan sebuah masjid yang juga dipakai untuk shalat jum’at sedangkan dilembah ini tidak ada penghuninya”.. Lalu beliau menjawab :” Nanti akan datang suatu zaman yang mana di zaman tersebut banyak sekali ummat yang datang kelembah ini dan bertabaruk “.
Mawaa'izh
Hidup Itu Singkat Tapi Besar Akibatnya
by ALWI HUSEIN AIDID
Sudah menjadi kelaziman dalam kehidupan ini, bahwa segala yang ada permulaannya tentu akan ada penghabisannya. Setiap yang punya awal pasti akan punya akhir. Tidak ada keabadian dalam kehidupan dunia ini. Semuanya datang dan pergi silih berganti berubah dengan pergeseran masa dan pertukaran waktu.
Demikianlah kalau mau merenungi kehidupan dari alam sekitar kehidupan ini, mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai kepada kehidupan makhluk yang bernama manusia. Lihatlah manusia misalnya dimulai semenjak lahir kealam dunia ini, keluar dari alam rahim ibu menjadi bayi yang merah tidak berdaya, kemudian berangsur meningkat menjadi kehidupan anak-anak, dari kehidupan anak-anak berubah menjadi remaja dengan segala keceriaan dan kelincahannya, kemudian berangsur memasuki hari tua, sehari, seminggu, sebulan, setahun sampailah kepada batas waktu yang telah ditetapkan oleh Allah yang dinamakan ajal dan bertemulah dengan yang disebut maut. Tapi ajal itu sampai, bukan menunggu umur sudah tua, bayipun, anak-anak, remaja yang sedang lincah-lincahnya pun kalau sudah ditetapkan Allah maka selesailah kehidupan di dunia ini. Ini merupakan kepastian dalam kehidupan. Allah berfirman dalam surat Al-Imran ayat 185 : " Setiap yang bernyawa pasti mati ".
Kalau saja mau merenungi perubahan-perubahan yang terjadi pada diri sesorang seharusnya membuat insyaf dan sadar. Bila maut datang menjemput, selesaikah kehidupan sampai disitu ? . Ternyata belum. Kalau lahir merupakan perpindahan hidup dari alam rahim kealam dunia. Kalau mati hakekatnya perpindahan hidup dari alam dunia kealam berikutnya yang dinamakan alam Barzah.
Ternyata sesudah maut datang menjemput, ada kehidupan sesudah hidup yang sekarang ini. Ini yang mendorong dalam kehidupan di dunia ini, tidak melakukan prinsip semaunya sendiri saja, asal perut kenyang, asal pangkat tinggi, asal harta dapat, masa bodoh dengan merugikan orang lain, masa bodoh dengan menipu orang lain. Bila maut datang, berarti putuslah sudah kesempatan untuk mengusahakan amal kebajikan di dunia ini dan tertutup pulalah pintu tobat. Hidup ini merupakan satu-satunya modal untuk mencari keselamatan dan mencapai kebahagiaan sesudah mati. Kalau tidak bisa mengolahnya dengan baik, tidak mempersiapkan bekal menjelang mati, apalagi hidupnya ini untuk melakukan hal-hal yang mendapat kebinasaan di alam kubur dan akhirat. Betapa menyesalnya nanti di saat harus mempertanggung jawabkan segala ikhwal kehidupan ini dihadapan pengadilan agung. Pada saat itu ditanya setiap nikmat yang pernah dicicipi, darimana diperoleh dan kemana dipergunakan. Untuk kepentingan apa umur dihabiskan dan kegiatan apa saja waktu hidup diisi. Jika sudah terlanjur membuang-buang waktu dalam hidup yang berharga ini. Alangkah patut bila dalam sisa hidup yang masih tersisa, raih segala kesempatan yang ada untuk berbakti kepada Allah, serta mensyukuri segala nikmatnya dan limpahan karunianya yang tak terhingga banyaknya ini.
HIDUP ITU SINGKAT, TAPI BESAR AKIBATNYA. Karena itu, laksanakanlah perintah-perintah Allah. Mari jauhi larangan-larangan Allah. Karena, pada suatu saat kita akan kembali kepada Allah.
Allah berfirman dalam surat Alhadiid ayat 20 : " Ketahuilah oleh kamu sekalian, bahwa sesungguhnya hidup didunia hanya permainan saja, permainan sementara ". Ada yang bermain sebagai Ustadz, sebagai pengusaha, sebagai politikus, sebagai pekerja, dan lain-lain, semua itu hanya permainan sementara saja. Pada suatu saat semuanya harus berhenti bermain. Kemudian, mereka harus bertanggung jawa dihadapan Allah dengan semua yang telah dimainkannya itu, sesuai atau tidak dengan ajaran dan peraturan Agama Islam.
Marilah, selagi Allah memberikan kesempatan untuk bermain, entah sebagai apa, untuk kembali kepada hukum Allah. Bermainlah dibidang masing-masing, tapi jangan keluar dari apa yang digariskan oleh Allah dan Rasulnya. Tingkatkan iman dan taqwa, agar selamat dan berbahagia di akhirat nanti. Kalau sudah terlanjur berbuat dosa, segeralah bertobat dan cabutlah diri dari perbuatan maksiat. Perbanyaklah amal kebajikan dan selalu siap dengan perbekalan. Sekiranya maut mendadak datang, sudah siap menghadapi Allah. Marilah segera menginsafi arti hidup di dunia yang sementara sifatnya ini. Dan segeralah meneliti apa yang harus dilakukan dengan sisa-sisa hidup yang masih ada. Rasulullah bersabda : " Orang yang cerdik adalah mereka yang suka memperhitungkan dirinya dan beramal untuk keselamatannya sesudah mati ".
Oleh : Alwi Husein Aidid