Selamat Datang di
Website Himpunan Keluarga Maula Aidid

Al-Imam Muhammad Maula Aidid mendirikan rumah dan masjid kecil di lembah Aidid. Tidaklah orang-orang datang ke lembah tersebut kecuali untuk melaksanakan shalat jum’at atau berziarah kepada para Ahli Khair dan para Sholihin.

Suatu Ketika Al-Imam ditanya oleh beberapa orang : “Wahai Imam mengapa engkau mendirikan sebuah masjid yang juga dipakai untuk shalat jum’at sedangkan dilembah ini tidak ada penghuninya”.. Lalu beliau menjawab :” Nanti akan datang suatu zaman yang mana di zaman tersebut banyak sekali ummat yang datang kelembah ini dan bertabaruk “.

Mawaa'izh

CAHAYA DI WAJAH NABI MUHAMMAD SAW.

by ZEIN MUHAMMAD AIDID

Telah diriwayatkan dari Siti Aisah RA,, bahwa ia telah berkata : “ Ketika aku sedang menjahit baju pada waktu sahur ( sebelum subuh ) maka jatuhlah jarum dari tanganku, kebetulan lampu pun padam, lalu masuklah Rasulullah SAW. Ketika itu juga aku dapat mengutip jarum itu karena cahaya wajahnya, lalu aku berkata : “ Ya Rasulullah alangkah bercahayanya wajahmu !. Seterusnya aku bertanya : “ Siapakah yang tidak akan melihatmu pada hari kiamat ? “ Jawa Rasulullah SAW : “ Orang yang bakhil “. Aku bertanya lagi : “ Siapakah orang yang bakhil itu ? “ jawab Baginda : “ orang yang ketika disebut namaku didepannya, dia tidak mengucapkan shalawat ke atasku “.

Berdo’a.

            Berkata Al-Barra ra, bahwa Nabi SAW bersabda : “ Segala do’a itu terdinding ( terhalang untuk dikabulkan ) dari langit sehingga orang yang berdo’a itu mengucapkan Shalawat untuk Muhammad dan keluarga Muhammad “

Kisah Rasulullah SAW pada 10 Malam Terakhir Ramadhan.

            Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW sedang duduk I’tikaf semalam suntuk pada hari-hari terakhir bulan Suci Ramahadhan. Para sahabatpun tidak sedikit yang mengikuti apa yang dilakukan Nabi SAW ini. Beliau berdiri shalat mereka juga shalat, beliau menengadahkan tangannya untuk berdo’a dan para sahabatpun juga serempak mengamininya. Saat itu langit mendung tidak berbintang. Anginpun meniup tubuh-tubuh yang memenuhi Masjid. Dalam riwayat tersebut malam itu adalah malam ke-27 dari bulan Ramadhan.

            Disaat Rasulullah SAW dan para sahabat sujud, tiba-tiba hujan turun cukup deras. Masjid yang tidak beratap itu menjadi tergenang air hujan. Salah seorang sahabat ada yang ingin membatalkan shalatnya, ia bermaksud ingin berteduh dan lari dari shaf, namun niat itu digagalkan karena dia melihat Rasulullah SAW dan sahabat lainnya tetap sujud dengan khusu’ tidak bergerak. Air hujanpun semakin menggenangi masjid dan membasahi seluruh tubuh Rasulullah SAW dan para sahabatnya yang berada di dalam masjid tersebut, akan tetapi Rasulullah SAW dan para sahabat tetap sujud dan tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya. Beliau basah kuyup dalam sujud. Namun sama sekali tidak bergerak. Seolah-olah beliau sedang asyik masuk kedalam suatu alam yang melupakan segala-segalanya. Beliau sedang masuk kedalam suatu alam yang melupakan segala-galanya. Beliau sedang masuk kedalam suatu alam keindahan. Beliau sedang diliputi oleh cahaya Illahi. Beliau takut keindahan yang beliau saksikan ini akan hilang jika beliau bergerak dari sujudnya. Beliau takut cahaya itu akan hilang jika beliau mengangkat kepalanya. Beliau terpaku lama sekali di dalam sujudnya. Beberapa sahabat ada yang tidak kuat mengigil kedinginan. Ketika Rasulullah mengangkat kepala dan mengakhiri shalatnya, hujanpun berhenti seketika.

            Anas bin Malik, sahabat Rasulullah SAW bangun dari tempat duduknya dan berlari ingin mengambil pakaian kering untuk Rasulullah SAW. Namun beliaupun mencegahnya dan berkata : “ Wahai Anas bin Malik, janganlah engkau mengambilkan sesuatu untukku, biarkanlah kita sama-sama basah, nanti juga pakaian kita akan kering dengan sendirinya “. Anas pun duduk kembali dan mendengarkan dengan seksama cerita Rasulullah SAW mengapa beliau begitu lama bersujud. Masya Allah...ternyata ketika tadi Rasulullah SAW, dan disaat hujan mulau turun, disaat itu pula Malaikat dibawah pimpinan Jibril turun dalam keindahan dan bentuk aslinya. Mereka berbaris rapi dengan suara gemuruh tasbih dan tahmid mereka bergema dilangit dan dibumi serta alam semesta saat itu dipenuhi dengan cahaya Ilahi. Inilah yang membuat Rasulullah SAW terpaku menyaksikan keindahan dan cahaya yang sama sekai tidak pernah dilihat oleh mata. Gema tasbih dan tahmid malaikat yang tak pernah didengar oleh telinga dan suasana yang tidak pernah bisa dibayangkan oleh pikiran manusia, itulah Lailatul Qadar. Tahukah kalian, apakah Lalilatul Qadar ? Lailatul Qadar yang sesaat itu lebih baik dari pada seribu bulan. Dimalam itu, para malaikat dibawah pimpinan Jibril turun atas idzin Allah SWT. , mereka menebarkan kedamaian, keselamatan, kesejahteraan dan mengatur segala urusan, mereka menyampaikan salam sampai terbitnya fajar keseluruh semesta alam. Sekarang kita sudah hampir mencapai puncak terakhir dari bulan Ramadhan, dan dipuncaknya kita mendapatkan pembebasan dari api neraka. Pada malam-malam terakhir, para Malaikat turun dari langit utnuk menaburkan kasih sayang Allah SWT kepada para hambanya dan menyampaikan salam kepada kaum beriman hingga terbitnya fajar, itulah yang dinamakan Lailatur Qadar, malam yang lebih afdhol daripada seribu malam.

            Lailatul Qadar adalah malam kebesaran Allah SWT, malam keagungan-Nya, malam  pengampunan-nya, malam yang dimiliki-Nya untuk memberi maaf kepada para pembuat dosa dan menebarkan kasih sayangkepada para hamba-Nya. Dilangit ada kerajaan sangat besar yang mengatur dan mencatat segala amal manusia dimuka bumi ini. Ketika para malaikat melihat kitab catatan amal manusia, mereka iri dengan amal yang hanya khusus dilakukan penduduk bumi dimalam-malam Lailatul Qadar. Malakatpun tidak ada yang dapat menirunya.

            Salah satu diantaranya adalah rintihan taubat para pembuat dosa yang kemudian diampuni segala dosa-dosanya. Allah SWT berfirman dalam sebuat hadits qudsi : “ Aku lebih suka mendengarkan  rintihan para pembuat dosa  ketimbang gemuruh suara tasbih. Karena gemuruh suara tasbih hanya menyentuh kebesaran-Ku, sedangkan rintihan para pembuat dosa menyentuh kasih sayang-Ku “.

            Shalawat dan salam selalu tercurahkan atas junjungan-Mu Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Amin.......